Jumat, 09 Oktober 2009

Rahasia Di Balik Lingkar Pinggang Anda
















IMT dapat digunakan untuk mengukur status gizi seseorang, tetapi sayangnya IMT tidak mencerminkan distribusi timbunan lemak di dalam tubuh. IMT tidak membedakan berat badan karena lemak atau karena otot. Cadangan lemak biasanya paling banyak terkonsentrasi di perut. Untuk menilai timbunan lemak perut dapat digunakan rasio lingkar pinggang dan pinggul (RLPP) atau mengukur lingkar pinggang (LP) saja karena lebih praktis. Cara ini mudah, dengan menggunakan pita meteran (seperti yang digunakan oleh penjahit) diukur bagian-bagian tubuh untuk mengetahui banyaknya lemak tubuh.

Gemuk pada pria umumnya seperti apel (android), lemak banyak disimpan di pinggang dan rongga perut. Sedangkan wanita menyerupai pir (gynecoid), penumpukan lemak terjadi di bagian bawah, seperti pinggul, pantat dan paha.Gemuk bentuk ‘apel’ lebih berbahaya dibandingkan gemuk bentuk ‘pir’. Yang berbahaya adalah timbunan lemak di dalam rongga perut, yang disebut sebagai obesitas sentral.

Penelitian di Perancis oleh Dr Xavier Jouven dkk, pada 7.000 polisi Prancis yang meninggal antara tahun 1967 - 1984 karena serangan jantung menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara lingkar pinggang dengan kemungkinan mati mendadak. Dalam penelitian tersebut dilakukan pengukuran terhadap LP dan IMT. Kesimpulan penelitian tersebut: "Risiko meninggal mendadak itu meningkat karena kepadatan lemak di perut,"Selain itu, penelitian tersebut juga mendapati bahwa ternyata orang-orang dengan IMT yang tinggi tidak berisiko meninggal dini kecuali mereka yang memiliki lingkar pinggang besar.

Sebagai patokan, pinggang berukuran ≥ 90 cm merupakan tanda bahaya bagi pria, sedangkan untuk wanita risiko tersebut meningkat bila lingkar pinggang berukuran ≥ 80 cm. Lingkar pinggang berkaitan dengan sindrom metabolik (sekumpulan gejala yang secara bersama-sama atau sendiri-sendiri meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung koroner, diabetes, dan penyakit degeneratif lainnya). Rahasia di balik lingkar pingang beberapa diantaranya adalah: sebagai indikator kadar olesterol dan indikator diabetes.

1. Lingkar pinggang sebagai indikator kolesterol

Salah satu faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner adalah karena terjadinya dislipidemia. Manifestasi dislipidaemia adalah tingginya kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida, serta rendahnya kolesterol HDL.Selama ini dokter melakukan pemeriksaan kolesterol, tekanan darah dan tingkat kegemukan untuk mengukur risiko penyakit jantung. Kolesterol LDL lebih dikenal sebagai kolesterol jahat, karena dapat menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh koroner. Oleh karena itu, usahakan untuk selalu rendah kadar kolesterol LDL anda (<130)>

Sebaliknya jenis kolesterol HDL dikenal sebagai kolesterol baik, karena bersifat proteksi terhadap terjadinya penyakit jantung koroner. Oleh karena itu, usahakan selalu tinggi kadar kolesterol HDL anda (> 45 mg/dl). Semakin banyak timbunan lemak di rongga perut akan diikuti dengan tingginya kolesterol LDL dan kolesterol total. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semakin tinggi kadar kolesterol LDL semakin besar ukuran lingkar pinggang orang tersebut.Untuk menurunkan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL, selain diet dan obat-obatan, adalah dengan menurunkan berat badan. Sedangkan untuk kolesterol HDL, semakin besar lingkar pinggang (semakin banyak timbunan lemak di perut) akan diikuti dengan merendahnya kadar kolesterol HDL. Untuk meningkatkan kadar kolesterol HDL, selain obat-obatan, adalah dengan meningkatkan aktifitas fisik dan menurunkan berat badan. Suatu penelitian membuktikan bahwa dengan melakukan senam aerobik yang membakar 6 kilokalori per menit selama satu jam, 3-4 kali /minggu dalam kurun waktu 6 bulan, dapat meningkatkan kolesterol HDL sebesar 33%.

2. Lingkar pinggang sebagai ndikator resiko diabetes melitus (DM)

Diabetes melitus atau yang dikenal masyarakat dengan penyakit kencing manis adalah suatu penyakit kronis yang banyak diderita orang dengan berbagai komplikasinya. Berat badan yang berlebih hingga kegemukan membuat seseorang berisiko terkena diabetes.Seorang peneliti dari Swedia menemukan bahwa lingkar pinggang dapat digunakan untuk mengukur resistensi insulin, dan dapat menjadi indikator yang baik untuk melihat apakah seseorang berisiko untuk terkena diabetes.

Resistensi insulin merupakan suatu keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara baik. Bila dilakukan pemeriksaan darah, dapat ditemukan kadar gula darah yang lebih tinggi dari normal tetapi belum sampai menjadi diabetes. Keadaaan ini disebut sebagai pra-diabetes. Bila terus berlanjut, kondisi pra diabetes ini dapat menjadi parah dan akhirnya timbul diabetes melitus dengan segala komplikasinya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar