Kamis, 08 Oktober 2009

Koq Aku Gemuk Tapi Dia Enggak??? (Part 1)

Punya tubuh tambun memang dianggap sebagai "kekurangan", selain kurang enak dipandang, kegemukan juga sering dikaitkan dengan penyekit-penyakit degeneratif yang menakutkan (jantung, kanker, hipertens, stroke, diabetes, dll). Bukan cuma penyakit fisik, kegemukan juga sering dihubungkan dengan gangguan psikososial atau kejiwaan seperti kurang PD atau kecemasan berlebihan. Ditambah lagi konsep citra diri yang dibangun media massa yang selalu menampilkan bahwa "yang cantik adalah yang langsing-singset, yang tampan adalah yang padat-bersi-berotot-perutnya six pack". Wah lengkap sudah "penderitaan" lahir-batin orang-orang gemuk.

Mungkin pertanyaan ni sering ada di pikiran anda, " Koq tetep aja gemuk, padahal makan sedikit? Koq orang lain bisa gak gemuk? Koq dia bisa langsing? Sudah diet ketat koq tetep gemuk? Sudah olahraga koq masih aja gemuk?" dan segudang pertanyaan tentang kegemukan lainnya. Guys, sebelum mati-matian usaha untuk "ngurusin" badan, ada baiknya kita tau apa penyebab "gemuknya badanmu" dulu. Dengan tau penyebabnya, berarti kita juga bisa tau akar masalahnya, baru setelah itu menentukan problem solving-nya.

Obesitas atau kegemukan bisa terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi sehingga terjadi kelebihan energi yang selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Penyebab ketidakseimbangan asupan dan pengeluaran energi ini bisa macam-macam, bsa ditinjau secara umum, bisa juga secara khusus atau individu (case per case) karakteristik individu gak sama. Kegemukan biasanya tidak terjadi karena satu sebab saja (multifaktorial), bisa faktor individual (biologik dan psikologik), bisa juga karena faktor lingkungan (habit: pola makan dan gaya hidup).

Secara rinci, faktor-fakor penyebab obesitas bisa dijelaskan sebagai berikut:
  1. Faktor genetik. Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
  2. Faktor lingkungan. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya dengan mudah (kecuali dengan terapi genetika), tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.
  3. Faktor psikis (psikogenik). Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan sehingga berat badannya tidak terkendali.
  4. Faktor perkembangan. Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.
  5. Aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik (sedentary life style atau gaya hidup santai) kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.
  6. Usia. Menjadi tua cenderung menjadi kurang aktif. Juga terdapat penyusutan jumlah otot yang merendahkan metabolisme. Semua ini mengurangi keperluan kalor, bila asupan makanan tinggi, maka yang terjadi adalah kegemukan timbul.
  7. Diet atau pola makan. Konsumsi makanan kalori tinggi seperti makanan cepat saji (fast food) secara teratur ditambah dengan soft drinks, candy dan desserts menyumbang peningkatan BB.
  8. Kehamilan. Selama kehamilan BB perempuan bertambah. Pasca melahirkan sebagian mereka mengalami kesukaran menurunkan BB kembali.
  9. Obat-obatan. Kortikosteroid dan antidepresan trisiklik, khususnya, dapat menyebabkan penambahan BB. Selain itu obat hipertensi dan antipsikosis juga dapat.
  10. Masalah medis. Ada juga obesitas yang disebabkan gangguan hormonal seperti hipotiroid, sindrom Cushing, dan sindrom polikistik ovarium (PCOS). Artritis yang mengurangi keaktifan fisik juga dapat menyebabkan penambahan BB.
  11. Alkohol. Pada beberapa orang, alkohol dapat menambah juga selera makan, selain itu alkohol biasanya dibuat dari gula atau karbohidrat yang merupakan kalori.
  12. Kelainan neurogenik (syaraf). Kelainan pada nukleus ventromedialis hipotalamus (salah satu inti sel dalam otak manusia) menyebabkan manusia makan secara berlebihan dan menjadi gemuk sehingga menyebabkan kelebihan produksi insulin, yang selanjutnya meningkatkan penyimpanan lemak.
    Pada penderita tumor hipofisis yang menekan hipotalamus menjadi gemuk secara bertahap, sehingga dapat dengan pasti obesitas tersebut dihasilkan karena kerusakan hipotalamus.
  13. Kegemukan Akibat Kortisol. Penderita kelebihan sekresi kortisol seringkali menderita kegemukan yang khas, dengan penumpukan lemak yang berlebihan di daerah dada dan di daerah kepalanya, sehingga badannya seperti sapi dan wajahnya bulat yang disebut 'moon face' (Guyton & Hall, 1997).
Bila ingin menjalankan diet untuk menurunkan berat badan, ada baiknya anda bertanya dulu pada diri sendiri mengenai kebiasaan (pola makan, gaya hidup, dan adakah gangguan kesehatan yang dirasakan), bila perlu lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mengetahu adana penyakit yang diderita. Bila faktor penyebab dari individu seperti gangguan kesehatan (yang telah dinyatakan oleh dokter) seperti gangguan fungsi hormonal, neurologis (syaraf), dsb. tidak ditemukan, kegemukan mungkin disebabkan oleh fakto psikis. Kondisi tersebut merupakan konsekuensi seseorang yang tidak dapat mengendalikan keinginannya untuk makan.

To Be Continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar