Jumat, 09 Oktober 2009

Rahasia Di Balik Lingkar Pinggang Anda
















IMT dapat digunakan untuk mengukur status gizi seseorang, tetapi sayangnya IMT tidak mencerminkan distribusi timbunan lemak di dalam tubuh. IMT tidak membedakan berat badan karena lemak atau karena otot. Cadangan lemak biasanya paling banyak terkonsentrasi di perut. Untuk menilai timbunan lemak perut dapat digunakan rasio lingkar pinggang dan pinggul (RLPP) atau mengukur lingkar pinggang (LP) saja karena lebih praktis. Cara ini mudah, dengan menggunakan pita meteran (seperti yang digunakan oleh penjahit) diukur bagian-bagian tubuh untuk mengetahui banyaknya lemak tubuh.

Gemuk pada pria umumnya seperti apel (android), lemak banyak disimpan di pinggang dan rongga perut. Sedangkan wanita menyerupai pir (gynecoid), penumpukan lemak terjadi di bagian bawah, seperti pinggul, pantat dan paha.Gemuk bentuk ‘apel’ lebih berbahaya dibandingkan gemuk bentuk ‘pir’. Yang berbahaya adalah timbunan lemak di dalam rongga perut, yang disebut sebagai obesitas sentral.

Penelitian di Perancis oleh Dr Xavier Jouven dkk, pada 7.000 polisi Prancis yang meninggal antara tahun 1967 - 1984 karena serangan jantung menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara lingkar pinggang dengan kemungkinan mati mendadak. Dalam penelitian tersebut dilakukan pengukuran terhadap LP dan IMT. Kesimpulan penelitian tersebut: "Risiko meninggal mendadak itu meningkat karena kepadatan lemak di perut,"Selain itu, penelitian tersebut juga mendapati bahwa ternyata orang-orang dengan IMT yang tinggi tidak berisiko meninggal dini kecuali mereka yang memiliki lingkar pinggang besar.

Sebagai patokan, pinggang berukuran ≥ 90 cm merupakan tanda bahaya bagi pria, sedangkan untuk wanita risiko tersebut meningkat bila lingkar pinggang berukuran ≥ 80 cm. Lingkar pinggang berkaitan dengan sindrom metabolik (sekumpulan gejala yang secara bersama-sama atau sendiri-sendiri meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung koroner, diabetes, dan penyakit degeneratif lainnya). Rahasia di balik lingkar pingang beberapa diantaranya adalah: sebagai indikator kadar olesterol dan indikator diabetes.

1. Lingkar pinggang sebagai indikator kolesterol

Salah satu faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner adalah karena terjadinya dislipidemia. Manifestasi dislipidaemia adalah tingginya kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida, serta rendahnya kolesterol HDL.Selama ini dokter melakukan pemeriksaan kolesterol, tekanan darah dan tingkat kegemukan untuk mengukur risiko penyakit jantung. Kolesterol LDL lebih dikenal sebagai kolesterol jahat, karena dapat menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh koroner. Oleh karena itu, usahakan untuk selalu rendah kadar kolesterol LDL anda (<130)>

Sebaliknya jenis kolesterol HDL dikenal sebagai kolesterol baik, karena bersifat proteksi terhadap terjadinya penyakit jantung koroner. Oleh karena itu, usahakan selalu tinggi kadar kolesterol HDL anda (> 45 mg/dl). Semakin banyak timbunan lemak di rongga perut akan diikuti dengan tingginya kolesterol LDL dan kolesterol total. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semakin tinggi kadar kolesterol LDL semakin besar ukuran lingkar pinggang orang tersebut.Untuk menurunkan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL, selain diet dan obat-obatan, adalah dengan menurunkan berat badan. Sedangkan untuk kolesterol HDL, semakin besar lingkar pinggang (semakin banyak timbunan lemak di perut) akan diikuti dengan merendahnya kadar kolesterol HDL. Untuk meningkatkan kadar kolesterol HDL, selain obat-obatan, adalah dengan meningkatkan aktifitas fisik dan menurunkan berat badan. Suatu penelitian membuktikan bahwa dengan melakukan senam aerobik yang membakar 6 kilokalori per menit selama satu jam, 3-4 kali /minggu dalam kurun waktu 6 bulan, dapat meningkatkan kolesterol HDL sebesar 33%.

2. Lingkar pinggang sebagai ndikator resiko diabetes melitus (DM)

Diabetes melitus atau yang dikenal masyarakat dengan penyakit kencing manis adalah suatu penyakit kronis yang banyak diderita orang dengan berbagai komplikasinya. Berat badan yang berlebih hingga kegemukan membuat seseorang berisiko terkena diabetes.Seorang peneliti dari Swedia menemukan bahwa lingkar pinggang dapat digunakan untuk mengukur resistensi insulin, dan dapat menjadi indikator yang baik untuk melihat apakah seseorang berisiko untuk terkena diabetes.

Resistensi insulin merupakan suatu keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara baik. Bila dilakukan pemeriksaan darah, dapat ditemukan kadar gula darah yang lebih tinggi dari normal tetapi belum sampai menjadi diabetes. Keadaaan ini disebut sebagai pra-diabetes. Bila terus berlanjut, kondisi pra diabetes ini dapat menjadi parah dan akhirnya timbul diabetes melitus dengan segala komplikasinya.




Sindrom Metabolik (Sindrom X)





Sindrom metabolik adalah kumpulan gejala, yang secara bersama-sama atau sendiri-sendiri dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, diabetes, dll. Indikator utama pada sindrom metabolik adalah lingkar pinggang, oleh karena itu "perut buncit" dikaitkan dengan adanya sindrom metabolik.Timbunan lemak pada rongga perut disebut dengan obesitas sentral. Obesitas sentral sering dihubungkan dengan komplikasi metabolik dan pembuluh darah (kardiovaskuler). Adanya timbunan lemak di perut tercermin akan dari meningkatnya LP. Oleh karena itu pengukuran lingkar pinggang (LP) ljuga harus dilakukan selain juga menghitung IMT.

Kumpulan gejala pada Sindrom Metabolik (IDF 2005)

Obesitas ( LP wanita > 80 cm, pria > 90 cm) ditambah 2 dari 4 Faktor berikut ini :

1. Trigliserida ≥ 150 mg/dl

2. Kolesterol HDL <>

3. Hipertensi ≥ 130/85 mmHg

4. Glukosa darah puasa ≥ 100 mg/dl

Oleh karena itu, untuk mendeteksi Sindrom metabolik perlu dilakukan:

Pemeriksaan Fisik : Lingkar Pinggang dan Tekanan Darah

Pemeriksaan Laboratorium : Glukosa Darah, Kolesterol HDL, Trigliserida, Adiponektin

Secara ringkas, agar Sindrom Metabolik tidak berkembang menjadi penyakit berbahaya, perlu dilakukan berbagai upaya, yaitu:

  1. Menurunkan berat badan
  2. Mendeteksi kelainan (lingkar pinggang, tekanan darah, data laboratorium )
  3. Intervensi terhadap kelainan yang ditemukan (diet, olahraga, obat-obatan)
  4. Evaluasi & pemantauan secara berkala (pemeriksaan fisik dan laboratorium)

Kamis, 08 Oktober 2009

Diet dan Perubahan Gaya Hidup Untuk Menghalau Obesitas











Kebanyakan orang akan merasa tidak nyaman bila memiliki tubuh yang besar. Oleh karena itu, berbagai cara dilakukan untuk menurunkan berat badan hingga mencapai ideal. Cara paling konvensional namun aman dan bersifat permanen adalah perbaikan gaya hidup, perubahan perilaku, dan pengaturan makan. Prinsipnya mengurangi asupan kalori (diet pembatasan makanan) dan meningkatkan keaktifan fisik, dikombinasikan dengan perubahan perilaku. Diet yang baik, tidak berarti harus "tidak makan", pembatasan makanan cukup untuk membuat tubuh beradaptasi dengan merombak cadangan makanannya (adiposit atau lemak).

Konsumsi kalori kurang adalah faktor penting untuk keberhasilan penurunan BB. Pengaturan makan disesuaikan dengan banyak faktor antara lain usia dan keaktifan fisik. Pengurangan konsumsi energ sebanyak 500-1000 kkal per hari, dapat menurunkan berat badan 0,5-1 kg per minggu. Makan jumlah sedang makanan kaya gizi, rendah lemak, dan rendah kalori. Pilih jenis makanan dengan kepadatan energi rendah seperti sayur-sayuran dan buah-buahan, jenis karbohidrat yang berserat tinggi, hindari manis-manisan, kurangi lemak. Awasi ukuran porsi, dan hitung kalori, misalnya makanan yang diproses mengandung lebih banyak kalori daripada yang segar, banyak makan makanan yang dikukus atau direbus, bukan yang digoreng. Perbanyak kerja fisik, olahraga teratur, dan kurangi waktu nonton TV, hindari hidup santai (sedentary life) misalnya dengan cara jalan kaki dan naik tangga menuju tempat kerja, bukan naik lift.

Pembatasan kalori pada setiap penderita berbeda-beda dan obat yang diberikan disesuaikan dengan keadaan penderita. Sebaiknya, pentatalaksanaan dietuntuk obesitas sedang dan berat didampingi oleh nutrisionis atai dokter.
Pentatalaksanaan Diet Rendah Kalori
  • · Penderita dengan resiko kesehatan rendah, menjalani diet sedang (1200-1500 kalori/hari untuk wanita, 1400-2000 kalori/hari untuk pria) disertai dengan olah raga.
  • · Penderita dengan resiko kesehatan menengah, menjalani diet rendah kalori (800-1200 kalori/hari untuk wanita, 1000-1400 kalori/hari untuk pria) disertai olah raga
  • · Penderita dengan resiko kesehatan tinggi atau sangat tinggi, mendapatkan obat anti-obesitas disertai diet rendah kalori dan olah raga.
Unsur-unsur yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu program penurunan berat badan :
  • Diet harus aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang dianjurkan (vitamin, mineral dan protein). Diet untuk menurunkan berat badan harus rendah kalori.
  • Program penurunan berat badan harus diarahkan kepada penurunan berat badan secara perlahan dan stabil.
  • Sebelum sebuah program penurunan berat badan dimulai, dilakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh.
Setelah penurunan berat badan tercapai, harus diikut dengan pemeliharaan berat badan. Pemeliharaan berat badan merupakan bagian tersulit dari pengendalian berat badan. Program yang dipilih harus meliputi perubahan kebiasaan makan dan aktivitas fisik yang permanen, untuk merubah gaya hidup yang pada masa lalu menyokong terjadinya penambahan berat badan. Program ini harus menyelenggarakan perubahan perilaku, termasuk pendidikan dalam kebiasaan makan yang sehat dan rencana jangka panjang untuk mengatasi masalah berat badan.

Resiko Komplikasi Obesitas



Tulisan ini bukan untk menakut-nakuti orang-orang yang memang bertubuh tambun atau mendiskreditkan mereka karena rawan "penyakitan". Bahwa kegemukan sikaitkan dengan pemyekit-penyakit menyeramkan yang bisa menyebabkan kematian, tentu bukanlah rahasia lagi. Tulisan ini justru untuk memberkan informasi yang jelas dan logis tentang resiko komplkasi akibat obesitas, sehingga penderita tidak merasa didiskreditkan.

Seseorang dengan obesitas menghadapi risiko masalah kesehatan yang berat, antara lain:

1. Hipertensi. Penambahan jaringan lemak meningkatkan aliran darah. Peningkatan kadar insulin berkaitan dengan retensi garam dan air yang meningkatkan volum darah. Laju jantung meningkat dan kapasitas pembuluh darah mengangkut darah berkurang. Pada obesitas, juga sering terjadi aterosklerosis (penumpukan plak pada pembuluh darah) sehingga pembuluh darah menjadi kaku dan menyempit. Semuanya dapat meningkatkan tekanan darah.

2. Diabetes. Obesitas merupakan penyebab utama Diabetes Melitus Tipe 2 (DM 2). Adanya lemak berlebih menyebabkan resistensi insulin yang menyebabkan hiperglikemia (tingginya kadar gula atau glukosa dalam darah) yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan. Diabetes melitus dapat memicu timbulnya komplikasi penyakit lain seperti ginjal, jantung, glaukoma (kebutaan), dll.

3. Dislipidemia. Meningkatnya kadar lemak dalam tubuh menmbulkan peningkatan kadar low-density lipoprotein cholesterol ("jahat"), penurunan kadar high-density lipoprotein cholesterol (HDL atau yang dikenal dengan kolesterol "baik") dan peningkatan kadar trigliserida dalam darah. Dispilidemia ini berisiko terbentuknya aterosklerosis yang dapat menyebabkan hipertensi, stroke, dan penyakit jantung koroner (PJK).

4. Penyakit jantung koroner dan Stroke. Penyakit-penyakit ini merupakan penyakit kardiovaskular akibat aterosklerosis.

5. Osteoartritis. Obesitas menyebabkan berat badan semakin menngkat sehingga memperberat beban pada sendi-sendi. Bila sendi-sendi tidak kuat, maka akan timbul peradangan (disebut osteoartritis) yang menimbulkan rasa nyeri.

6. Apnea tidur (sesak napas saat tidur). Obesitas menyebabkan saluran napas yang menyempit yang selanjutnya menyebabkan henti napas sesaat sewaktu tidur dan mendengkur berat (ngorok). Hal ini dapat berakibat fatal (bahkan kematian), karena berhenti bernapas dapat menyebabkan otak kekurangan oksigen (asfeksia) dan jarngannya menjadi rusak.

7. Asma. Anak dengan berat badan lebih atau obes cenderung lebih banyak mengalami serangan asma atau pembatasan keaktifan fisik. Saluran pernapasan yang menyempit karena timbunan lemak dan kondisi badan yang berat menyebabkan asma dan keterbatasan aktivitas fisik.

8. Kanker. Banyak jenis kanker yang berkaitan dengan BBL misalnya pada perempuan kanker payudara, uterus, serviks, ovarium dan kandung empedu; pada lelaki kanker kolon, rektum dan prostat.

9. Penyakit perlemakan hati. Baik peminum alkohol maupun bukan dapat mengidap penyakit perlemakan hati (non alcoholic fatty liver disease = NAFLD) atau non alcoholic steatohepatitis (NASH) yang dapat berkembang menjadi sirosis (pengerasan hati). Pada seseorang yang obes, sisa cadangan makanan yang disimpan dalam bentuk lemak (jaringan adiposit) dapat disimpan pada sekitar organ hati, dan ini dapat mengganggu kinerja atau fungsi organ tersebut.

10. Penyakit kandung empedu. Orang dengan BBL dapat menghasilkan banyak kolesterol yang memberatkan kerja empedu, dapat juga berisiko menmbulkan batu kandung empedu.

11. Gout (Asam Urat). Obesitas juga mungkin berkaitan dengan gout. Bahkan pada perempuan sehat yang belum obes the Pensacola Study telah menujukkan bahwa peningkatan lingkar pinggang sudah meningkatkan parameter risiko metabolik.

Ternyata penyakit akibat obesitas bukanlah penyakit tunggal, melainkan penyakit-penyakit yang saling berkaitan satu sama lain. Oleh karena itu, obesitas atau kelebihan berat badan tidak dapat disepelekan. Bila obesitas telah terjadi pada anda, mau tidak mau, suka tidak suka Anda harus menurunkan berat badan untuk mencegah atau mengatasi penyakit-penyakit yang beresiko menjangkiti anda.

Mengatasi Kegemukan Tingkat Tinggi alias Obesitas

Apakah anda merasa bahwa tubuh anda gemuk? Apakah anda ingin menurunkan berat badan? Gimana sih cara nurunin berat badan yang mudah, cepet, aman??? (Mana ada yang kaya gitu?? ^^,)

Hmm, Kini banyak orang mulai berlomba-lomba mengurangi bobot tubuhnya, meskipun banyak yang melakukannya dengan cara keliru, bahkan ingin langsing dengan cara instant. Sayang bukannya langsing yang didapat, tapi ujung-ujungnya malah masuk rumah sakit. Mengusir gemuk bisa dibilang gampang-gampang susah. Seringkali berat badan naik kembali setelah berhasil diturunkan, turunnya pelan-pelan, naiknya cepet banget. Hal inilah yang disebut sebagai “Efek Yo-Yo”, yaitu berat badan naik-turun seperti gerakan mainan yo-yo. Perlu diingat, badanmu gak sama seperti balon, yang setelah mengembang bisa dengan mudah dan cepet dikempesin. Membuang lemak juga gak seperti membuang angin, perlu ketelatenan dan kesabaran untuk merubah kebiasaan.

Pepatah lama mengatakan "mencegah lebih bak daripada mengobati", gimana cara mencegah obesitas? Langkah-langkah ini perlu untuk anda lakukan.

* Pola makan seimbang
* Pola hidup seimbang (olahraga / aktivitas fisik)
* Pola pikir positif (menghindari / mengelola stress)
* Memantau kesehatan berkala (PENTING!, tetapi sering dilupakan)

Kalau obesitas sudah kadung terjadi, lalu apa yang harus dilakukan? Mau tidak mau Anda harus menurunkan berat badan (ingat resiko yang mengancam kesehatan anda??). Yang harus dilakukan juka Anda sudah Obes adalah:

1. Menurunkan berat badan, dengan cara:
* Intervensi Pola Makan (DIET)
* Intervensi Pola Aktivitas (Hindari hidup santai, banyaklah bergerak)
* Pola Hidup Sehat (tidak merokok, tidak stress)

2. Deteksi Sindrom Metabolik : kunjungi dokter, periksa fisik & laboratorium.

3. Tambahan terapi sesuai dengan kondisi Sindrom Metabolik.

Saat ini beragam cara memerangi obesitas banyak kita jumpai, mulai cara konvensional seperti mengatur pola makan, hidup teratur, berolahraga, sampai menggunakan alat bantu misalnya obat pelangsing, akupuntur, sedot lemak, bedah bariatric, dll. Tapi untuk kasus obesitas yang berat, apalagi bila disertai dengan penyakit yang menyertai, lebih baik jika dokter yang memutuskan cara penanganan kasusnya, tidak mencoba-coba cara-cara menurunkan berat badan tanpa dipandu oleh ahli.

Tipe Obesitas, Gemuk Juga Macem-Macem Lho Jenisnya


Obesitas atau kegemukan, ternyata ada banyak macamnya. Pada penderita obesitas, tempat yang lazim untuk menimbun cadangan makanan sudah penuh sehingga kelebihan cadangan makanan yang masih tersisa akan disimpan di tempat yang tidak lazim. Konsentrasi atau kadar timbunan lemaknya pun beda-beda, ada yang di perut, di panggang, paha, bokong, pipi, dll. Dari beberapa sumber, bisa dijelaskan beberapa tipe obesitas atau kegemukan.

KEGEMUKAN MENURUT DISTRIBUSI LEMAK
Tie kegemukan dapat dilihat dari penampakan distribusi lemak. Masalah kesehatan yang akibat kelebihan lemak juga tergantung dari distribusi lemak yang tersebar dalam tubuh. Penumpukan lemak di tubuh bagian atas seperti abdomen, dada, lengan, leher, dan muka lebih berbahaya daripada penumpukan lemak di tubuh bagian bawah seperti pinggul, paha, pantat, dan perut. Berdasarkan distribusi lemak dalam tubuh, kegemukan dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe android dan ginoid.
  • Tipe Android (Tipe Buah Apel)

apel

Tubuh gemuk tipe android ditandai dengan penumpukan lemak yang berlebihan di bagian tubuh sebelah atas, yaitu di sekitar dada, pundak, leher, dan muka. Akibatnya, tubuh bagian atas terkesan lebih besar bila dibandingkan tubuh bagian bawah sehingga menyerupai buah apel. Kegemukan tipe ini lebih banyak terjadi pada pria dan wanita yang sudah mengalami menopouse. Lemak jenuh yang mengandung sel-sel besar banyak menumpuk pada tipe android. Keadaan ini sejalan dengan penelitian Vague, peneliti dari Perancis, yang mengemukakan bahwa tipe android ini potensial berisiko lebih tinggi terhadap serangan penyakit yang berhubungan dengan metabolisme lemak dan glukosa seperti penyakit gula, jantung koroner, stroke, pendarahan otak, dan tekanan darah tinggi. Selain itu, kemungkinan untuk terserang kanker payudara enam kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang mempunyai berat tubuh normal. Namun, penderita kegemukan tipe ini masih memiliki segi yang menguntungkan, yaitu lebih mudah menurunkan berat tubuh dibanding tipe ginoid. Proses penurunan tersebut dapat terlihat nyata bila diikuti dengan diet dan olahraga yang tepat. Melihat hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang pria kurus dengan perut gendut lebih berisiko dibandingkan dengan pria yang lebih gemuk dengan perut lebih kecil.

  • Tipe ginoid (tipe buah pir)

peer

Gemuk tipe ginoid ditandai dengan penimbunan lemak di bagian tubuh sebelah bawah, yaitu sekitar perut, pinggul, paha, dan pantat. Kegemukan tipe ini banyak terjadi pada wanita. Lemak penyebab kegemukan ini terdiri atas lemak tidak jenuh serta sel lemak kecil dan lembek. Lemak dinyatakan tidak jenuh bila rantai karbon penyusun lemak tersebut mempunyai ikatan rangkap. Dari segi kesehatan tipe ini lebih aman bila dibandingkan dengan tipe android karena risiko kemungkinan terkena penyakit degeneratif lebih kecil. Akan tetapi, lebih sukar menurunkan kelebihan berat tubuh pada tipe ini karena lemak-lemak tersebut lebih sukar mengalami proses metabolisme.


KEGEMUKAN MENURUT KONDISI SEL

Selain faktor distribusi lemak dalam tubuh, tipe kegemukan dapat dibedakan berdasarkan kondisi sel pada setiap orang. Berdasarkan kondisi sel, kegemukan dapat dibagi menjadi tiga tipe sebagai berikut.

  • Tipe Hiperlastik

Tipe hiperlastik merupakan kegemukan yang disebabkan oleh jumlah sel lemak lebih banyak dibandingkan dengan kondisi normal. Akan tetapi, ukuran sel lemak tersebut masih sesuai dengan ukuran sel yang normal. Kegemukan tipe hiperlastik biasanya terjadi sejak masa anak-anak dan sulit untuk diturunkan ke berat badan normal. Bila terjadi penurunan berat tubuh sifatnya hanya sementara dan kondisi tubuh akan mudah kembali ke keadaan semula.

  • Tipe Hipertropik

Kegemukan yang termasuk dalam tipe ini mempunyai jumlah sel yang normal, tetapi ukuran sel lebih besar dari ukuran normal. Kegemukan ini biasanya terjadi pada orang dewasa dan relatif lebih mudah menurunkan berat tubuh dibanding tipe hiperlastik. Namun, kegemukan tipe ini mempunyai risiko lebih mudah terserang penyakit gula dan tekanan darah tinggi.

  • Tipe Hiperlastik-Hipertropik

Pada kegemukan tipe ini jumlah maupun ukuran sel yang terdapat pada tubuh seseorang melebihi ukuran normal. Proses kegemukan dimulai sejak masa anak-anak dan berlangsung terus hingga dewasa. Mereka yang mengalami kegemukan tipe ini paling sulit menurunkan berat tubuh. Dengan demikian, seseorang dengan tipe kegemukan seperti ini paling mudah terserang berbagai penyakit degeneratif.


KEGEMUKAN MENURUT UMUR

Kondisi gemuk tidak memandang umur , mulai dari bayi hingga tua dapat mengalami kegemukan. Berdasarkan hal tersebut, penggolongan kegemukan dapat dilakukan berdasarkan umur seseorang.

  • Kegemukan saat bayi

Kegemukan pada masa bayi disebabkan kurangnya pengetahuan orang tua, terutama tentang kebutuhan konsumsi makanan. Pihak orang tua harus paham benar akan waktu dan menu yang tepat untuk memberi makan terhadap bayinya. Seorang bayi yang menangis belum tentu merasa lapar, mungkin merasa sakit pada bagian tubuh tertentu atau pakaiannya basah. Oleh karena itu, kurang tepat bila setiap bayi menangis selalu diberi makan.

Kegemukan pada masa bayi perlu dihindari karena jumlah bayi yang menderita kegemukan pada umur enam bulan pertama ternyata lebih dari sepertiganya menjadi gemuk pada saat dewasa. Saat bayi berumur sampai dua tahun merupakan saat paling mudah menimbun lemak. Namun, tidak berarti setelah umur tersebut menjadi bebas dari kegemukan. Bayi gemuk belum tentu sehat, bahkan dapat berakibat negatif dan membawa berbagai kesulitan seperti tingginya risiko kejang.

  • Kegemukan saat anak-anak

Kegemukan pada masa anak-anak disebabkan oleh pola makan yang salah disertai aktivitas fisik yang rendah. Aktivitas fisik sangat diperlukan dalam proses pembakaran kelebihan lemak dalam tubuh. Namun, dengan adanya acara televisi yang memukau, kemudahan-kemudahan transportasi, dan perkembangan teknologi membuat anak-anak enggan melakukan kegiatan yang banyak mengeluarkan energi. Selain itu, siaran televisi dan media massa umumnya memberikan informasi dalam bentuk iklan yang di antaranya menawarkan produk-produk makanan yang berkadar kalori dan lemak tinggi. Iklan-iklan tersebut sangat menarik sehingga banyak memengaruhi perilaku maupun pola makan anak-anak.

  • Kegemukan saat dewasa

Kegemukan sering terjadi pada masa dewasa karena lemak tubuh mulai menumpuk. Umur 30 tahun merupakan umur saat seseorang mulai mantap dengan kariernya, ditandai dengan tanggung jawab makin besar, ambisi tinggi, dan pekerjaan menumpuk. Pada kondisi seperti itu, seseorang menjadi sering terlibat dalam pertemuan seperti makan siang, makan malam bersama, pesta, dan rapat-rapat yang tidak luput dari soal makanan lezat. Kesibukan-kesibukan tersebut menjadi penyebab kekurangan waktu untuk olahraga. Oleh karena itu, bila kurang hati-hati dalam menjaga tubuh, perlahan-lahan kegemukan mulai mengintai. Bila dibiarkan, pada umur 45-60 tahun sering menjadi kritis akibat tubuh digerogoti penyakit seperti jantung koroner, diabetes, dan penyakit lainnya, terutama pada orang-orang yang kegemukan.


KEGEMUKAN MENURUT TINGKATAN

Tingkat kegemukan yang diderita seseorang sangat bervariasi, tergantung kelebihan berat dibanding berat normal. Berdasarkan hal tersebut pengelompokan kondisi seseorang yang mengalami kegemukan adalah sebagai berikut.

  • Simple obesity (kegemukan ringan), merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh sebanyak 20% dari berat ideal dan tanpa disertai penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan hiperlipidemia.
  • Mild obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh antara 20-30% dari berat ideal yang belum disertai penyakit tertentu, tetapi sudah perlu diwaspadai.
  • Moderat obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh antara 30-60% dihitung dari berat ideal. Pada tingkat ini penderita termasuk berisiko tinggi untuk menderita penyakit yang berhubungan dengan obesitas.
  • Morbid obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh dari berat ideal lebih dari 60% dengan risiko sangat tinggi terhadap penyakit pernapasan, gagal jantung, dan kematian mendadak.

Sumber:

Mursito, Bambang. 2008. Ramuan Tradisional untuk Pelangsing Tubuh. Niaga Swadaya.

Endah Wahyuni. 2009. Mengenal Tipe Kegemukan. http://ksupointer.com/2009/mengenal-tipe-kegemukan [9 Oktober 2009]


Koq Aku Gemuk Tapi Dia Enggak??? (Part 1)

Punya tubuh tambun memang dianggap sebagai "kekurangan", selain kurang enak dipandang, kegemukan juga sering dikaitkan dengan penyekit-penyakit degeneratif yang menakutkan (jantung, kanker, hipertens, stroke, diabetes, dll). Bukan cuma penyakit fisik, kegemukan juga sering dihubungkan dengan gangguan psikososial atau kejiwaan seperti kurang PD atau kecemasan berlebihan. Ditambah lagi konsep citra diri yang dibangun media massa yang selalu menampilkan bahwa "yang cantik adalah yang langsing-singset, yang tampan adalah yang padat-bersi-berotot-perutnya six pack". Wah lengkap sudah "penderitaan" lahir-batin orang-orang gemuk.

Mungkin pertanyaan ni sering ada di pikiran anda, " Koq tetep aja gemuk, padahal makan sedikit? Koq orang lain bisa gak gemuk? Koq dia bisa langsing? Sudah diet ketat koq tetep gemuk? Sudah olahraga koq masih aja gemuk?" dan segudang pertanyaan tentang kegemukan lainnya. Guys, sebelum mati-matian usaha untuk "ngurusin" badan, ada baiknya kita tau apa penyebab "gemuknya badanmu" dulu. Dengan tau penyebabnya, berarti kita juga bisa tau akar masalahnya, baru setelah itu menentukan problem solving-nya.

Obesitas atau kegemukan bisa terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi sehingga terjadi kelebihan energi yang selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Penyebab ketidakseimbangan asupan dan pengeluaran energi ini bisa macam-macam, bsa ditinjau secara umum, bisa juga secara khusus atau individu (case per case) karakteristik individu gak sama. Kegemukan biasanya tidak terjadi karena satu sebab saja (multifaktorial), bisa faktor individual (biologik dan psikologik), bisa juga karena faktor lingkungan (habit: pola makan dan gaya hidup).

Secara rinci, faktor-fakor penyebab obesitas bisa dijelaskan sebagai berikut:
  1. Faktor genetik. Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
  2. Faktor lingkungan. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya dengan mudah (kecuali dengan terapi genetika), tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.
  3. Faktor psikis (psikogenik). Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan sehingga berat badannya tidak terkendali.
  4. Faktor perkembangan. Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.
  5. Aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik (sedentary life style atau gaya hidup santai) kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.
  6. Usia. Menjadi tua cenderung menjadi kurang aktif. Juga terdapat penyusutan jumlah otot yang merendahkan metabolisme. Semua ini mengurangi keperluan kalor, bila asupan makanan tinggi, maka yang terjadi adalah kegemukan timbul.
  7. Diet atau pola makan. Konsumsi makanan kalori tinggi seperti makanan cepat saji (fast food) secara teratur ditambah dengan soft drinks, candy dan desserts menyumbang peningkatan BB.
  8. Kehamilan. Selama kehamilan BB perempuan bertambah. Pasca melahirkan sebagian mereka mengalami kesukaran menurunkan BB kembali.
  9. Obat-obatan. Kortikosteroid dan antidepresan trisiklik, khususnya, dapat menyebabkan penambahan BB. Selain itu obat hipertensi dan antipsikosis juga dapat.
  10. Masalah medis. Ada juga obesitas yang disebabkan gangguan hormonal seperti hipotiroid, sindrom Cushing, dan sindrom polikistik ovarium (PCOS). Artritis yang mengurangi keaktifan fisik juga dapat menyebabkan penambahan BB.
  11. Alkohol. Pada beberapa orang, alkohol dapat menambah juga selera makan, selain itu alkohol biasanya dibuat dari gula atau karbohidrat yang merupakan kalori.
  12. Kelainan neurogenik (syaraf). Kelainan pada nukleus ventromedialis hipotalamus (salah satu inti sel dalam otak manusia) menyebabkan manusia makan secara berlebihan dan menjadi gemuk sehingga menyebabkan kelebihan produksi insulin, yang selanjutnya meningkatkan penyimpanan lemak.
    Pada penderita tumor hipofisis yang menekan hipotalamus menjadi gemuk secara bertahap, sehingga dapat dengan pasti obesitas tersebut dihasilkan karena kerusakan hipotalamus.
  13. Kegemukan Akibat Kortisol. Penderita kelebihan sekresi kortisol seringkali menderita kegemukan yang khas, dengan penumpukan lemak yang berlebihan di daerah dada dan di daerah kepalanya, sehingga badannya seperti sapi dan wajahnya bulat yang disebut 'moon face' (Guyton & Hall, 1997).
Bila ingin menjalankan diet untuk menurunkan berat badan, ada baiknya anda bertanya dulu pada diri sendiri mengenai kebiasaan (pola makan, gaya hidup, dan adakah gangguan kesehatan yang dirasakan), bila perlu lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mengetahu adana penyakit yang diderita. Bila faktor penyebab dari individu seperti gangguan kesehatan (yang telah dinyatakan oleh dokter) seperti gangguan fungsi hormonal, neurologis (syaraf), dsb. tidak ditemukan, kegemukan mungkin disebabkan oleh fakto psikis. Kondisi tersebut merupakan konsekuensi seseorang yang tidak dapat mengendalikan keinginannya untuk makan.

To Be Continued...

Berapa Berat Badan Idealku???




Postur tubuh ideal dinilai dari pengukuran antropometri untuk menilai apakah komponen tubuh tersebut sesuai dengan standard normal atau ideal. Pengukuran antropometri yang paling sering digunakan adalah rasio antara berat badan (kg) dan tinggi badan (m2) kuadrat, yang disebut Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai berikut :
IMT (kg/ m2) = BB (kg) / TBxTB (m2)

Setelah IMT diketahui, selanjutnya dapat dicocokkan dengan cut of point klasifikasi status gizi (rendah, normal, lebih, atau obesitas). Berikut klasifikasi status gizi berdasarkan IMT yang diambl dari kriteria WHO (2004).
Klasifikasi dan Nilai potong utama
Berat badan rendah <18.50
Kurus berat <16.00
Kurus sedang 16.00 - 16.99
Kurus ringan 17.00 - 18.49
Rentang normal 18.50 - 24.99
Berat badan lebih ≥25.00
Pra Obes 25.00 - 29.99
Obese ≥30.00
Obese kelas I 30.00 - 34-99
Obese kelas II 35.00 - 39.99
Obese kelas III ≥40.00

Contoh: Bila tinggi badan 160 cm dan berat badan 70 kg. Maka IMT dan status gizinya sebagai berikut:

IMT = 70 kg / (1,6 x 1,6 ) m2 = 27,4 kg/m2 (status gizi : Pra Obes)

Pada tahun 2000, WHO mengusulkan untuk penyesuaian IMT untuk ras tertentu karena karakteristik fisiknya yang memang berbeda. WHO kemudian menurunkan batasan nilai potong untuk orang Asia. Berdasarkan kelasifikasi Asia Pasifik pada tahun 2000, dengan penyesuaian IMT untuk orang Asia, maka dinyatakan BBL bila IMT ≥ 23,0 yang dibedakan lagi menjadi BBL dengan risiko IMT 23,0 – 24,9, Obes I bila IMT 25,0 – 29,9 dan Obes II ≥30,0 kg/m2.

Pengukuran IMT paling sering digunakan sebagai indikator penentuan status gizi. Namun, terdapat beberapa kelemahan metode IMT ini. IMT tergantung usia, kondisi fisiologis, dan tidak membedakan jenis kelamin. IMT tidak dapat digunakan untuk mengukur status gizi bayi dan balita, juga tidak dapat digunakan untuk ibu hamil. Kelemahan metode ini yang adalah tidak membedakan BB tinggi yang disebabkan oleh lemak atau otot. Sehingga seseorang dengan BB tinggi selalu dianggap obes walaupun dapat disebabkan oleh banyak otot. Artinya, IMT tidak dapat digunakan untuk menentukan status gizi binaragawan. Selain IMT, untuk mengetahui Berat Badan ideal dapat menggunakan rumus Brocca sebagai berikut :

BB ideal = (TB – 100) – 10% (TB – 100)

Batas ambang yang diperbolehkan adalah +10%, bila sudah >10% maka dinyatakan berat badan lebih (kegemukan), dan bila sudah >20% maka dapat dinyatakan obes.
Contoh: wanita dengan TB 161 cm, BB 58 kg. Berat badan idealnya adalah:

BB ideal = (161 - 100) - 10% (161 - 100)
= 61 - 6,1 = 54,99 kg (55 kg)

Berat badan 58 kg masih termasuk dalam kisaran normal, karena masih dalam batas > 10%.

Nah, berapa berat badan anda sekarang? Berapa berat idealnya?

OBESITAS???



Kebanyakan orang menganggap obesitas dan overweight adalah hal yang sama. Obesitas dan overweight adalah 2 hal yang sebenarnya berbeda, walaupun keduanya memang sama-sama memperhatikan bentuk badan seseorang yang berada diatas normal. Obesitas (kegemukan) adalah suatu keadaan di mana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih, sehingga berat badan (BB) seseorang jauh di atas normal dan dapat membahayakan kesehatan. Adapun overweight (kelebihan berat badan) adalah keadaan di mana BB seseorang melebihi BB normal.Berat badan overweight bisa berasal dari otot, tulang, organ- organ vital, dan sebagainya.

Obesitas adalah keadaan kesehatan dan status gizi dengan akumulasi lemak tubuh berlebihan disertai risiko kelainan patologis yang multi organ. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria.


Penderita obesitas yaitu orang yang mempunyai berat badan sangat berlebihan, secara umum dapat didiagnosa hanya dengan melihat secara fisik. Namun perlu diwaspadai bahwa masalah obesitas tidak hanya sekedar mempengaruhi penampilan seseorang. Seperti dikatakan diatas masalah obesitas biasanya juga disertai masalah kesehatan lain seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner dan hipertensi, kanker, penyakit ginjal, dan penyakit hati yang dapat menyebabkan kematian.


Kegemukan atau obesitas terjadi karena konsumsi makanan yang melebihi kebutuhan Angka Kecukupan Gizi (AKG) perhari. Bila kelebihan ini terjadi dalam jangka waktu lama, dan tidak diimbangi dengan aktivitas yang cukup untuk membakar kelebihan energi, lambat laun kelebihan energi tersebut akan diubah menjadi lemak dan ditimbun didalam sel lemak dibawah kulit. Akibatnya orang tersebut akan menjadi gemuk. Pada awalnya ditandai dengan peningkatan berat badan, Bilamana penimbunan makin banyak, terjadi perubahan anatomis. Pada wanita penumpukan jaringan lemak, biasanya berada di sekitar pinggul, paha, lengan, pinggung dan perut. Baru meluas keseluruh tubuh sampai kemuka. Sedangkan pada laki-laki, penumpukan jaringan lemak umumnya terjadi di bagian perut. Obesitas dinyatakan sebagai penyakit kronikdengan penyebab multifaktorial. Dari penelitian-penelitian didapatkan bahwa obesitas tidak disebabkan oleh penyebab tunggal melainkan oleh hubungan yang kompleks antara faktor genetik, fisiologik, metabolik, psikologik, sosioekonomik, gaya hidup dan faktor budaya.



Bahaya Obesitas Mengancam

Obesitas telah menjadi isu yang hangat beberapa dekade terakhir. Hal ini berdasarkan pada fakta bahwa obesitas telah menjadi fenomena di berbagai negara di dunia, tidak hanya negara maju tapi juga negara berkembang. Obesitas kini menjadi epidemi, bahkan sejak umur balita. Dan itu menjadi masalah, karena berat badan berlebih berarti menyimpan bom waktu untuk meledaknya sejumlah penyakit di kemudian hari. Bahkan Hipocrates (460-359 SM), yang lebih dikenal sebagai bapak ilmu pengetahuan, sebenarnya sejak jauh hari telah menyatakan bahwa orang gemuk lebih cepat meninggal. Dewasa ini diketahui bahwa obesitas memiliki hubungan erat dengan Sindrom Metabolik atau Sindrom X yang berefek berbahaya bagi kesehatan manusia dan juga membutuhkan banyak biaya untuk menanggulanginya. Sindrom metabolik sendiri dapat diartikan kumpulan gejala, yang secara bersama-sama atau sendiri-sendiri dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, diabetes, dll.

Selain tidak enak dipandang, obesitas juga menyimpan banyak sisi negatif. Tubuh jadi cepat lelah, pernapasan terganggu, bahkan bias terjadi berhenti napas waktu tidur. Dan yang lebih seram lagi, obesitas membuat tubuh rawan dihinggapi penyakit degeneratif seperti diabetes, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, penyakit jantung, serta radang sendi (ingat Sindrom metabolik). Penyakit-Obesitas tidak hanya dihubungkan dengan penyakit fisik, namun juga dengan masalah kejiwaan, terutama kecemasan. Masalah psikososial juga dialami oleh anak-anak yang obese. Dari penelitian oleh Hidayah D, et al pada tahun 2005 di Surakarta, diketahui bahwa prevalensi tingkat kematangan sosial rendah pada populasi anak obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak obesitas. Anak yang obesitas, mempunyai tingkat keatangan sosial rendah dua kali lebih sering dibandingkan dengan yang lain.

Di Amerika Serikat berdasarkan studi NHANES pada tahun 1980 prevalensi orang dewasa usia lebih dari 20 tahun dengan obesitas adalah 15% dan pada tahun 2003 angka ini meningkat menjadi 32%. The World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 1 milyar individu mengalami overweight dan sekitar 300 juta individu didefinisikan sebagai obes. Pada studi Indonesia Family Life Survey 3 yang dilakukan pada 20.593 individu di tahun 2000, disebutkan bahwa prevalensi obesitas (BMI > 30 kg/m2) di Indonesia pada pria sebesar 1,3% dan pada wanita sebesar 4,5%. Hasil riset terbaru dari Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) yang melibatkan lebih dari 6000 orang membuktikan bahwa prevalensi obesitas semakin meningkat. Dibandingkan dengan data tahun 1998, angka kejadian obesitas pada pria melonjak hingga mencapai 9,16% (1998: 2,5%) dan wanita 11,02% (1998: 5,9%). Apakah trend peningkatan prevalensi obesitas ini akan terus berlanjut? Faktanya, untuk mengatasi obesitas diperlukan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan biaya untuk mengatasi gizi kurang. Untuk terapi obesitas di negara berkembang, beban impor peralatan dan obat-obatan biayanya tidak sedikit.


Berat Badan Anda Menentukan Kesehatan Anda Lho...


Banyak orang memimpikan untuk memiliki berat badan yang ideal. Ya! Tentu karena berat badan memang sangat berkaitan dengan kesehatan manusia. Manusia yang sehat, tidak terlepas pada sehat jasmani saja, tetapi juga sehat rohani. Sehingga tubuh sehat dan ideal dari segi kesehatan meliputi aspek fisik, mental dan sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit (WHO 1950)). Semua aspek tersebut akan mempengaruhi penampilan atau performance setiap individu, dalam melakukan aktivitas sehari hari seperti bekerja, berkarya, berkreasi dan melakukan hal-hal yang produktif serta bermanfaat.

Kesehatan, pendidikan dan pendapatan setiap individu merupakan tiga faktor utama yang sangat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu setiap individu berhak dan harus selalu menjaga kesehatan, yang merupakan modal utama agar dapat hidup produktif, bahagia dan sejahtera.

Di dalam era globalisasi sekarang dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, banyak negara terasuk juga di Indonesia menghadapi masalah gizi ganda. Di satu pihak masalah kurang gizi yaitu: gizi buruk, anemia, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) dan Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan kendala yang harus ditanggulangi, namun masalah gizi lebih cenderung meningkat terutama di kota-kota besar. Hasil survey Indeks Massa Tubuh (IMT) tahun 1995 – 1997 di 27 ibukota propinsi menunjukkan bahwa prevalensi gizi lebih mencapai 6,8% pada laki-laki dewasa dan 13,5% pada perempuan dewasa.

Berat badan sangat berkaitan dengan kesehatan. Berat badan kurang (underweight) akan membawa dampak negatif bagi kesehatan, berat badan lebih (overweight/obesse) pun sama akan membawa dampak buruk. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kegemukan (overweight/obesse) menyebabkan badan menjadi cepat lelah, pernapasan terganggu, dan rawan dihinggapi penyakt-penyakit degeneratif seperti jantung, tekanan darah tinggi atau hipertensi, diabetes, dislipidemia (kolesterol tinggi), radang sendi, kanker, dll. Penyakit degeneratif saat ini telah menjadi penyebab utama kematian di dunia. Selain itu, kegemukan juga membawa masalah kejiwaan seperti krisis percaya diri, kecemasan, kemalasan, dll. Masalah psikososial juga sering dialami oleh orang-orang yang obesse.

Oleh karena itu, upaya untuk mencapai dan mempertahankan berat badan yang ideal sangat diperlukan. Bagaimana kita mengetahui berat badan yang ideal?? Nantikan postingan anrtikel selanjutnya.

To Be Continued… ^^,

Pustaka:
Azwar A, Prof. Dr. dr. MPH. 2004. Tubuh Sehat dan Ideal dari Segi Kesehatan, Makalah Seminar Kesehatan Obesitas, Senat Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. JAkarta: Depkes RI.